Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 01 Februari 2014

Hunger Games Trilogi

Hiyaaaaa.. Lama banget gak posting blog. Yaiyalah lama. Sehubungan dengan fokus saya untuk "mendandani" rumah jadi lebih sering nyari-nyari, ngubek-ngubek, dan bikin rencana tiap bulan mau beli perabotan apa, jadi dunia per-blog-an ini terbengkalai dulu sementara. Sumpah ya untuk urusan perumahan dan perabotannya benar-benar menguras uang. Mana harga rumah sekarang gila-gilaan. Rumah kecil tipe 45 aja cicilannya udah ngabisin gaji sebulan. Haaaaa.. Untung masih ada gaji suami. Hehe. Tapi emang begini yang harus dilaluin. Bersusah-susah dulu, menikmati hasil kemudian. Daaaann enaknya segala kerumitan ini dilaluinnya berdua dooonggs.

Btw, selain sibuk ngurusin rumah, saya lagi freak sama trilogi Hunger Games. Gara-garanya liat ringkasan film Hunger Games 1 di 21cineplex.com beberapa bulan lalu. Terus tertarik sama jalan ceritanya. Eh di rumah ternyata si adek punya dvdnya. Pertama ekspektasinya udah ketinggian. Eh taunya pas nonton filmnya malah bingung dan jadi banyak pertanyaan, kenapa begini kenapa begitu. Trus banyak simbol-simbol yang ga dimengerti. Kayak misalkan parasut-parasut perak kecil di arena yang nyamperin Katniss itu apaan? Kenapa si Foxface mati setelah makan buah berry, padahal sebelumnya si Katniss sama Rue makan itu gak kenapa-kenapa? Kenapa si Katniss tiba-tiba pusing muter-muter setelah dia ngejatohin sarang tawon penjejak ke lawan-lawannya? Kenapa Peeta yang awalnya diliat Katniss gabung sama para peserta Karier ngincer si Katniss trus tiba-tiba nyamperin Katniss untuk nyuruh pergi? Dan kenapa tiba-tiba Katniss nemuin dia nyamar di antara lumpur-lumpur dengan kaki luka parah? Banyak banget pertanyaan dalam film ini.



Akhirnya buat ngurangin rasa penasaran nyoba baca bukunya. Dan ternyata gak seperti di film, di buku dijelasin secara detail setiap adegan. Buku ini memakai sudut pandang orang pertama, yaitu Katniss Everdeen. Dari sini keliatan kalo Katniss itu gadis yang pemarah, dingin, labil, tapi cerdas. Lewat novel aslinya, banyak jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya di film. Pas nyoba nonton filmnya lagi setelah baca novelnya, ternyata banyak banget adegan yang skip yang menurut saya sayang banget ga ditampilin di film. Karena jalan cerita di film jadi kurang gereget, kurang sadis, dan kurang seru dibandingin di novel. Di film gak ada sosok-sosok Avox, dan gak ada penjelasan Avox itu apa. Di film gak digambarin kalo mutt-mutt yang muncul itu didesain dengan mata yang dibuat mirip oleh mata para peserta yang udah tewas. Di film juga ga digambarin kalo Peeta beneran suka sama Katniss tanpa bermaksud untuk memulai suatu drama atau cari perhatian sponsor. Di novel Peeta bener-bener digambarkan sebagai sosok yang baik dan mudah disukai hanya dengan kata-katanya.

Saya udah baca buku Harry Potter sampe tamat, dan juga nonton filmnya sampe tamat. Walaupun ada juga adegan di buku yang diskip, tapi ga mengurangi "keseruan" jalan cerita dan ga membuat penonton banyak bertanya "kenapa begini". Jadi penilaian saya terhadap film Hunger Games adalah mengecewakan.

Pas banget pas Hunger Games 2: Catching Fire nongol, pas saya lagi mulai baca novelnya. Sampe sekarang saya belom nonton supaya nanti-nantinya ga penasaran banyak nanya. Selesai baca Catching Fire, malah jadi ga tahan baca yang ke-3: Mockingjay. Oiya, di film juga ga dijelasin Mockingjay itu apa. Dan ada perbedaan adegan mengenai bagaimana Katniss bisa ngedapetin pin Mockingjay-nya.

Kalo Hunger Games membicarakan tentang pertarungan di arena antara 24 anak-anak (cewek-cowok) usia 12-16 tahun dari 12 distrik untuk mencari 1 orang yang terakhir hidup, maka Catching Fire adalah mengenai Hunger Games ke-75 (Quarter Quell) yang pesertanya adalah para pemenang Hunger Games tahun-tahun sebelumnya dari masing-masing distrik. Sedangkan Mockingjay menceritakan pemberontakan distrik-distrik melawan Capitol dan penuh dengan intrik-intrik politik. Di akhir trilogi novel ini bener-bener ga ketebak gimana kontinuitas setiap bab. Karena setiap ending bab bener-bener bisa mengubah cerita yang udah diperkirakan pembaca.

Di Catching Fire muncul tokoh-tokoh baru yang cukup sentral seperti: Plutarch Heavensbee sebagai ketua Hunger Games yang baru, lalu ada Finnick Odair, Johanna Mason, Beetee sebagai para peserta Hunger Games Quarter Quell. Di buku Mockingjay tokoh-tokoh ini muncul lagi walaupun dengan karakter yang agak berbeda dari cerita sebelumnya. Selain itu di buku yang ketiga juga ada tokoh-tokoh sentral baru seperti Presiden Coin. Dan ada beberapa tokoh yang menghilang, atau baru muncul di akhir cerita, seperti Cinna sama Effie Trinket yang di buku 1 dan 2 jadi tokoh sentral.



Jujur saya agak kurang suka dengan ending cerita di Mockingjay. Saya membayangkan kalo Katniss tewas di akhir pertempuran, dan jalan cerita berganti sudut pandang jadi orang lain. Entah itu Peeta, Haymitch, atau Primrose. Saya lebih menginginkan ending cerita di mana Katniss dan Gale dikenang menjadi seorang pahlawan revolusi, Peeta beberapa tahun kemudian terpilih menjadi presiden Panem yang adil, Primrose jadi seorang dokter dan punya rumah sakit sendiri di Capitol dengan cabangnya di setiap distrik, Finnick Odair happily ever after sama Annie Cresta, dan Haymitch yang akhirnya bisa lepas dari alkohol. Sayangnya, saya ga mendapatkan itu. Sudut pandang cerita tetap di tangan Katniss sampai akhir. Dan saya merasa akhir cerita seperti diselesaikan terburu-buru. Dengan mudahnya Katniss yang awalnya galau milih Gale atau Peeta, akhirnya menjatuhkan pilihan ke sosok pria yang dia pikir ga bisa hidup tenang tanpa pria itu. Terus akhir cerita Finnick-Annie yang bikin nyesek. Gimana perpisahan Katniss sama ibunya juga terasa agak aneh. Entah kenapa agak kurang puas sama ceritanya, semoga di filmnya nanti bisa divisualisasikan dengan baik jadi bikin puas.

Moral of the story: Intrik-intrik politik yang bertujuan agar seseorang atau sekelompok orang mendapatkan kekuasaan bisa mengakibatkan sejumlah korban. Dan mungkin ini yang lagi terjadi di dunia kita.