Rabu
siang, saya chat dengan seorang kawan lama. Kami bertukar cerita. Hingga pada
satu titik cerita tentang Tyas. Saya tidak begitu dekat dengan Tyas. Tapi kami
punya hubungan yang baik. Tyas adalah seseorang yang kemudian saya ketahui
pernah ‘tersakiti’ oleh ulah Andrian. Kejadiannya dulu, sebelum saya dan
Andrian berpacaran. Saya mengetahui ceritanya dari seorang teman, yang kemudian
saya konfirmasikan ke Andrian. Andrian mengakuinya dan mengatakan bahwa dia
tidak sadar saat itu sudah menyakiti hati seorang perempuan. Tyas merasa
tersakiti hingga menangis.
Saya
meradang. Kalau Andrian pernah sekali menyakiti hati perempuan, bukan tidak
mungkin dia akan melakukannya lagi ke saya. Saya benci laki-laki yang membuat
seorang perempuan menangis.
Saya
tahu Andrian sedang online, lalu saya kirimkan dia email dengan kata-kata
pedas. Dia pilih saya tampar, atau saya perlakukan dia seperti halnya dia
memperlakukan Tyas.
Lama
kemudian, Andrian membalas email saya:
Aku kan udah cerita dan buat pengakuan
betapa brengseknya abang udah nyakitin Tyas. Abang mengakui itu kok, hmm abang
juga gak kebayang kalo sampe dapet balesan dari neng. Abang ga tau akan
sehancur apa abang nanti, mungkin lebih dari yang Tyas rasain. Abang tuh dari
dulu pengen banget minta maaf langsung ke Tyas, tapi sahabatnya bilang ga usah,
katanya mending abang bener2 ga usah ganggu hidupnya lagi.
Makanya sekarang ini abang
berusaha banget gimana caranya bisa mentreat neng sebaik mungkin, gak mau
membiarkan masalah berlarut. Yah mungkin karena ketakutan abang itu. Abang
bener2 berusaha gimana caranya menebus dosa abang yang dulu dengan terus
menjaga diri dan berbuat yang terbaik buat Neng (mungkin emang masih belum
sangat baik). Itu juga alesannya kenapa abang selalu minta neng ngomong kalo
ada masalah, abang gak mau kaya dulu yang gak sadar udah nyakitin Tyas. Abang
pengen neng langsung bilang setiap abang melakukan kesalahan atau melakukan hal
yang gak mengenakkan, abang juga selalu berusaha untuk lebih aware dan langsung
sadar akan kesalahan yang abang perbuat tanpa perlu disadarkan.
Saat ini terserah neng mau
membalas dengan cara apa ke abang atas kelakuan abang terhadap Tyas dulu, tapi
abang mohon dengan sangat jangan ngebales dengan hal yang sama. *netes*
-Abang-
Dear kamu yang akan membaca blog ini, aku ga pernah tau bagaimana kamu di masa lalu. Kamu dan mantan-mantanmu, kamu dan para penggilamu, dan kamu dengan wanita-wanita lain. Tapi jangan pernah anggap aku sama dengan mereka. Dan aku juga tak mau menjadi atau dijadikan seperti Tyas olehmu. Hingga detik inipun jujur aku masih meragukan dirimu. Aku tahu sudah lebih dari 1.000 hari kita bersama. Tapi aku butuh pembuktian yang lebih dari selama ini. Dan aku menunggumu hingga aku merasa yakin kalo kamulah orang yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.