Hari Minggu yang lalu, ada acara arisan keluarga di rumah saya. Keluarga nenek saya dari Jakarta dan keluarga adik nenek saya dari Bandung kumpul semua di hari itu. Tapi tiba-tiba suasana acara berubah jadi panik karena salah satu om saya merasa dadanya sakit dan sesak. Ternyata jantungnya anfal setelah makan empal gentong (kambing), padahal sudah dilarang istrinya. Akhirnya beliau diantar ke salah satu rumah sakit di Depok. Di sana beliau masuk UGD dan dapat pertolongan cepat dari dokter. Saking parahnya om saya itu mesti pake alat pacu jantung karena sempet beberapa saat jantungnya berhenti.
Sorenya, dokter di rumah sakit merujuk ke sebuah rumah sakit jantung di wilayah Pasar Rebo. Di sana setelah diperiksa ternyata om saya ada 7 titik penyempitan jantung dan mesti dipakaikan semacam ring untuk melancarkan alirah darah ke jantung. Sayangnya pemakaian ring tersebut berharga Rp 40 juta/ring. Sedangkan yang dibutuhkan 7 ring, jadi total Rp 280 juta! Akhirnya setelah dapat bantuan dari sodara-sodara, bisa kekumpul sejumlah uang untuk pakai 1 ring. Sedangkan sisanya menyusul.
Hari Rabu kemarin saya menjenguk om saya itu. Kondisinya tidak lebih baik. Istrinya yang menungguinya bermata sembab tanda kurang tidur dan banyak menangis. Saya bertanya apakah om saya itu masih merokok. Kata tante saya masih dan beliau menyarankan agar pacar saya jangan merokok. Hari itu om saya akan dipakaikan ring 3 lagi. Untuk biayanya didapat dari menggadaikan rumah. Sayangnya, hanya 1 ring yang akhirnya berhasil dipakaikan. Kata dokter, otot om saya sudah rusak dan tidak mungkin untuk dipakaikan ring lagi. Padahal masih ada 5 titik yang harus dipakaikan ring. Kondisi om saya sudah benar-benar parah. Otot-ototnya rusak akibat sewaktu muda beliau perokok berat.
Kejadian ini membuat saya berpikir. Kesehatan itu sangat mahal. Ketika orang masih sehat wal afiat dan segar bugar, mereka malah menyepelekan arti sehat itu sendiri. Adanya himbauan untuk tidak merokok hanya dianggap angin lalu. Mungkin harga rokok yang murah atau stigma rokok pembuang stres atau mulut asem kalo ga ngerokok, yang membuat orang-orang ga bisa ngilangin kebiasaan merokok. Bahkan ada yang berpendapat bahwa mereka punya kenalan udah udzur dan merokok tapi ga mati-mati. Kalau menurut saya, soal mati urusan Tuhan. Masalahnya adalah ngerokok itu nyusahin orang, especially keluarga kita sendiri.
Melihat dari om saya, beliau awalnya perokok berat. Saya tahu bagi sebagian orang rokok itu candu, rokok itu enak. Tapi kemudian om saya kena jantung secara mendadak. Otot-ototnya baru diketahui kemudian bahwa ternyata rusak dan hal ini menghambat pengobatan atas penyakit jantungnya. Udah gitu, keluarganya jadi pontang-panting cari uang Rp 40 juta hanya untuk 1 ring yang bisa mencegah penyumbatan aliran darah ke jantungnya itu! Bayangin uang Rp 40 juta bisa dipakai untuk apa!!
Kalau saya sih bisa saya tabung untuk nikah, atau DP rumah baru, atau untuk tabungan naik haji. Mungkin kalau orang lain bisa buat bayar sekolah anaknya atau bisa kasih makan orang-orang miskin se-RT.
Di sini saya mau menghimbau buat orang-orang untuk berpikir dulu sebelum bertindak. Apakah tindakannya akan merugikan orang lain atau bahkan dirinya sendiri. Kayak contohnya merokok. Orang yang ngerokok cuma buang-buang uang untuk nikotin yang diisepnya. Dia ga akan tau sebelum dia sakit. Entah itu sakit jantung, paru-paru, kanker, atau bahkan impoten. Nantinya selain dirinya yang sakit, tapi keluarganya juga ikut kena getah. Karena ketempuan biaya pengobatan. Itu harga 1 ring Rp 40 juta udah termasuk murah. Karena bahkan ada yang sampe Rp 60 juta!!
Pokoknya say no to smoke deh! Udah bikin bau mulut, gigi item, duit mubazir, sakit lagi!
Trip to Australia - Transit in Malaysia (Menara Petronas)
7 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.