Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 05 Oktober 2012

Hubungan Beda Suku

Sering banget denger pendapat tentang hubungan beda agama. Ada yang pro dan kontra. Tapi pada kenyataannya, ga cuma beda agama, hubungan beda suku/ras/golongan pun walaupun Tuhannya sama bisa jadi masalah. Padahal ya, agama itu kan keyakinan dasar, identitas hakiki manusia, hubungan dengan Sang Pencipta. Ya wajarlah kalo beda jadi masalah. Tapi kalo suku/ras/golongan hubungan seorang lelaki dan perempuan jadi masalah, jujur aja sampe saat ini saya ga terima. Dan hal inipun menimpa saya dan Abang.

Saya terlahir dari bapak yang berasal dari ranah Minang dan ibu keturunan keraton Jawa, sedangkan Abang adalah Betawi asli Tangerang. Ketika kami mulai serius untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, perbedaan suku menjadi pertentangan. Stereotype orang Sumatera yang berwatak keras, terlebih suku Minang yang menganut matrilineal dan sering dicap pelit/perhitungan, sempat disematkan ke saya. Begitupun dengan stereotype orang Betawi sebagai orang yang malas, tidak berpendidikan, dan kampungan yang juga disematkan ke Abang.

Sulit tapi secara perlahan saya dan Abang melewati segala judgement dan negative thinking keluarga dan saudara-saudara melalui pendekatan dan berperilaku baik ketika bertemu. Secara logika, saya dan Abang mencintai Tuhan yang sama, beribadah dengan ajaran dan keyakinan yang sama, kami sama-sama menganut agama Islam. So, kalo secara hakiki keyakinan kita udah sama, apa lagi yang mesti dipermasalahin? Kenapa kami tidak dinilai berdasarkan perilaku kami, hanya dugaan stereotype berdasarkan suku orang tua kami?
Mana si Abang tau bakal dilahirin sebagai orang Betawi! Emangnya saya request khusus ke Tuhan punya bapak orang Minang dan ibu orang Jawa! Enggak kan.. Lagian yang terpenting itu kan masing-masing kami tidak menjadikan yang lain murtad, bahkan niat kami menikahpun semata-mata karena ingin menyempurnakan agama Allah.

Bagi saya dan Abang, hal ini hanya 'kerikil-kerikil' ujian akan rencana kami berdua untuk menikah. Mungkin ketika kami sudah menikah nantipun akan ada 'kerikil-kerikil' yang lebih besar lagi untuk dihadapi bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.